Sejarah diplomasi Indonesia dimulai jauh sebelum kemerdekaan, tepatnya sejak berdirinya VOC pada tahun 1602. VOC, atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie, merupakan cikal bakal penjajahan Belanda di Indonesia yang membawa perubahan besar dalam tatanan sosial dan politik di Nusantara.
Perjalanan menuju kemerdekaan tidak lepas dari peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Momen ini menjadi titik balik kesadaran nasionalisme Indonesia, menyatukan berbagai suku dan bahasa dalam satu ikatan, Indonesia.
Penjajahan Jepang (1942-1945) meninggalkan luka mendalam, terutama bagi para Jugun Ianfu, wanita yang dipaksa menjadi budak seks tentara Jepang. Tragedi ini menjadi salah satu catatan kelam sejarah Indonesia yang masih diperjuangkan keadilannya hingga kini.
Pemberontakan prajurit PETA di Blitar pada 14 Februari 1945 menunjukkan resistensi terhadap penjajahan. Dipimpin oleh Supriyadi, pemberontakan ini menjadi bukti nyata semangat kemerdekaan yang tidak bisa dipadamkan.
Pasca kemerdekaan, Indonesia melalui fase pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) sebagai upaya mempertahankan kedaulatan. Namun, bentuk negara ini tidak bertahan lama dan akhirnya kembali ke bentuk Republik.
Pengakuan de facto oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 menjadi langkah awal diplomasi Indonesia di dunia internasional. Pengakuan ini tidak lepas dari peran tokoh seperti Kolonel Sudirman yang gigih mempertahankan kemerdekaan.
Pembentukan Uni Indonesia-Belanda pasca KMB diharapkan dapat mempererat hubungan kedua negara. Namun, dalam praktiknya, uni ini tidak berjalan sesuai harapan dan akhirnya dibubarkan pada 1956.
Tokoh seperti Mayjen Robert Mansergh juga memainkan peran penting dalam perundingan-perundingan antara Indonesia dan Belanda. Diplomasi yang dilakukan oleh berbagai pihak akhirnya membawa Indonesia ke panggung dunia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Untuk informasi lebih lanjut tentang sejarah Indonesia, kunjungi gading88 link atau gading88 login untuk akses ke berbagai artikel menarik lainnya.